Tarbiyah Dzatiyah
 
Ini merupakan salah satu buku yang sempat ana bedah dan ana presentasikan di teman-teman khalaqah...
Judul Buku : Zero to Hero
Penulis : Solikhin Abu Izzudin
Penerbit : Pro-U Media

Sebuah buku yang sangat "luar biasa", bagi akhi dan ukhti yang belum pernah membacanya, bacalah...! Dan bagi akhi dan ukhti yang sudah pernah membaca, terapkanlah.....!

                                                              Zero to Hero

                               Mendahsyatkan Pribadi Biasa Menjadi Luar Biasa

                                                                    Solikhin Abu Izzudin

 

            Kemampuan kita terbatas ? Itu bukan masalah ! Sebab bila di tengah keterbatasan itu kita mampu mendahsyatkan diri untuk meraih prestasi tinggi, itulah kepahlawanan sejati.

Anugerah Waktu

“Barangsiapa yang tidak menyibukkan diri dalam kebaikan niscaya ia akan disibukkan dalam keburukan.”

            Waktu adalah momentum untuk berprestasi. Demi masa, demikian Allah bersumpah. Bukan main-main tentunya, karena Allah menegaskan bahwa sesungguhnya manusia pasti akan merugi kalau tidak memperhatikan waktu, kecuali 4 golongan :

1.      Orang yang beriman

2.      Orang beramal shalih

3.      Orang yang menasihati dalam kebenaran

4.      Orang yang menasihati dalam kesabaran

Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Ashr ayat 1-3.

Rasulullah saw bersabda, “Ada dua nikmat, dimana banyak orang yang tertipudengan keduanya : nikmat sehat dan waktu luang.” (HR. Bukharidari Ibnu Abbas)

            Menurut Nabi, rata-rata umur umatnya sekitar 60 tahun. Waktu kita sama, dalam sehari 24 jam. Cara kita menggunakan waktu kitalah yang membuat kita berbeda.

Kalau dihitung, masing-masing waktu kita sama : 60 detik dalam 1 menit, 60 menit dalam 1 jam dan 24 jam sehari, 7 hari sepekan dan seterusnya, anda hitung sendirilah waktu anda. Namun kata Imam Al Ghazali, kalau orang umurnya rata-rata 60 tahun dan menjadikan 8 jam sehari untuk tidur, maka dalam 60 tahun ia telah tidur 20 tahun.

Dan itulah kebanyakan manusia. Apakah termasuk kita ?

            Ada tiga hal yang tak pernah kita dapatkan kembali :

1.      Kata yang telah diucapkan

2.      Waktu yang telah lewat

3.      Momentum yang diabaikan

Ubah Paradigma Anda

            Kita orang biasa, tentu banyak keterbatasan, kekurangan, kelemahan, kegagalan, kemalasan dan sebagainya. Ubah paradigma, cara pandang kita. Jangan menyalahkan keadaan, tapi buatlah keadaan.Tak usah mempermasalahkan kelemahan, tapi ubahlah keterbatasan menjadi anak-anak prestasi tinggi, amal-amal terpuji dalam jiwa pahlawan sejati. Bicaralah dengan kerja. Hiduplah ceria dengan kratifitas. Cerdaskan jiwa agar bahagia. Bila orang pesimis berkata, “Masalah ini mungkin diselesaikan, tapi sulit”, maka optimislah dan katakana, “Masalah ini sulit, tapi mungkin.”

            Tanda-tanda kebahagiaan dan keberuntungan hidup seorang mukmin ada lima :

1.      Setiap ilmunya bertambah, bertambah tawadhu’ dan kasih sayangnya.

2.      Setiap amalnya bertambah, bertambah pula rasa takut dan kehati-hatiannya.

3.      Setiap kali umurnya bertambah, berkuranglah ketamakan dan kerakusannya.

4.      Setiap hartanya bertambah, bertambah pula kedermawanan dan pengorbanannya.

5.      Setiap kali kedudukannya bertambah, bertambah pula kedekatannya kepada sesame manusia, memenuhi kebutuhan mereka dan rendah hati terhadap manusia.

(Al Fawaid, Ibnu Qayyim Al Jauziyyah)

Bersiaplah Menghadapi Kegagalan

“Para pemenang berpikir tentang apa yang dapat dan akan mereka lakukan.

Orang-orang yang gagal berpikir terus tentang apa yang tidak dapat dan seharusnya mereka lakukan.”

[TRUTSCO, p.81]

Kegagalan bagian dari kesuksesan

            Kegagalan dan kesuksesan adalah dua sisi mata uang yang saling melengkapi. Orang ingin sukses harus tahu bahwa ada saat-saat kegagalan. Yang penting bukan sekedar mencari jalan sukses, tetapi juga mengerti “apa yang menyebabkan kegagalan”. Bukan meratapi mengapa ini terjadi, tetapi berpikir apa yang harus dilakukan untuk mengatasi dan mengantisipasi.

Oleh karena itulah penting adanya perencanaan. Karena perencanaan adalah menulis kegagalan di atas kertas.

Hakikat kegagalan

1.      Orang yang takut melangkah karena takut salah, dialah yang gagal.

2.      Orang tidak mengakui kekalahan dan kesalahan, dialah orang yang gagal.

3.      Orang yang menyalahkan orang lain dan tidak mau mengoreksi dirinya, dialah yang gagal.

4.      Orang yang gagal merencanakan, dia sedang merencanakan kegagalan.

5.      Orang-orang yang gagal membangun hubungan jangka panjang dalam keluarga, pada umumnya juga akan gagal membangun hubungan jangka panjang dalam hubungan bisnis, hubungan pertemanan, dan seterusnya.

6.      Kegagalan adalah milik mereka yang melangkah setengah hati, tak jelas apa yang dicari.

7.      Kegagalan terjadi apabila terpasung oleh mitos-mitos yang menghalangi langkah, tak berani mengambil resiko, duduk manis menunggu durian runtuh.

8.      Kegagalan adalah hiasan akrab bagi orang yang manja, tak mau berusaha apalagi bekerja, tak punya motivasi dan tak percaya diri.

9.      Kegagalan itu milik orang berpikir negatif, bertindak pasif, mengalah pada keadaan, gamang melangkah, gampang menyerah dan suka mencari-cari alasan.

 
Ukurannya adalah bangkit lagi

“Seorang mukmin tidak akan jatuh kedalam lubang yang samauntuk kedua kalinya,” demikian pesan Nabi.

            Jangan ukur seseorang dengan menghitung berapa kali dia jatuh, ukurlah ia dengan beberapa kali dia sanggup bangkit kembali. Seseorang yang mampu bangkit kembali setelah jatuh, tidak akan putus asa. Menyedihkan, mendengar bahwa banyak orang seperti mereka, setelah sekali dua kali gagal, memilih untuk menetap disitu dan akhirnya mati sebagai orang yang sebenar-benarnya gagal, tersungkur, dan tidak bangkit lagi.

            Orang gagal adalah orang yang malas mengulangi dan mencari jalan “baru” untuk menemukan tujuan. Karena diantara resep sukses dalah mengulang-ulang proses sukses kecil berkali-kali untuk meraih sukses yang lebih besar.

Milikilah kesabaran

Kesabaran menjadikan seseorang mampu bertahan dalam menjunjung prinsipnya, meraih cita-citanya dan menempuh jalan yang telah dirintisnya.

Sabar bila dijalani sebagaimana mestinya akan mampu mengubah musibah menjadi karunia, tantangan menjadi peluang, hambatan menjadi kesempatan, keterbatasan menjadi anugerah.

Oleh karena itu, “Kenalilah Allah saat suka, maka Dia akan mengenalmu saat susah.” Demikian pesan abadi Nabi untuk sadar dan selalu sabarkan diri.

Milikilah Ketabahan

            Selain kesabaran diperlukan juga ketabahan. Ya, ketabahan, yakni kemampuan bangkit kembali untuk kesekian kalinya setelah terjatuh. Dalam benturan antara sungai dan batu, air sungai senantiasa menang, bukan dengan kekuatan tapi dengan ketabahan. Seberapa jauh Anda jatuh tidak menjadi masalah, tetapi yang penting seberapa sering Anda bangkit kembali.

            Apabila Anda dapat terus mencoba setelah tiga kegagalan, Anda dapat mempertimbangkan diri untuk menjadi pemimpin dalam pekerjaan anda sekarang.

Mengapa Kita Sering Kehilangan Momentum ?

1.      Kurang sensitif terhadap kebaikan

“Sesungguhnya orang-orang mukmin hanyalah mereka yang apabila disebutkan asma Allah maka bergetar hatinya, dan apabila disentuhkan ayat-ayat-Nya menjadi bertambahlah imannyadan kepada Rabbnya mereka bertawakkal.” (Al Anfal : 2-4)

      Sering hilangnya kesempatan dari diri kita, lenyapnya momentum dari depan kita karena iman tak lagi menyala. Hatinya tidak sensitif menangkap sinyal kebaikan. Karena hati itu seperti power control yang menggerakkan. Seperti remote yang member komando. Seperti raja yang memerintah. Anak buahnya adalah seluruh anggota tubuhnya, yaitu : mata, telinga, tangan, kaki, mulut, dan sebagainya. Tentunya kalau “top leader”-nya tidak sensitif, tidak memerintahkan tentunya anak buah tidak bisa dan tak berani bergerak. Karena itulah agar top leader tadi bisa sensitif, maka seluruh anak buah harus kompak memberikan masukan, informasi dan motivasi

      Jangan biarkan ada waktu tersisa, jangan biarkan ada anggota tubuh yang tersia-sia, sebagaimana nasihat Imam Al Ghazali, “Setiap anggota tubuh harus ditunaikan zakatnya kepada Allah, kebijaksanaan-Nya dan kekuasaan-Nya. Zakatnya mata adalah melihat dengan mengambil ibrah dari yang dilihat dan menghindari dari yang diharamkan. Zakatnya telinga adalah mendengarkan pada sesuatu yang menjamin keselamatanmu dari api neraka. Zakatnya lisan adalah berbicara yang mendekatkan kepada Allah. Zakatnya tangan adalah menahannya dari keburukan dan mengarahkannya pada kebaikan. Zakatnya kaki adalah berusaha melakukan apa yang baik bagi hatimu dan keselamatan agamamu.” (Ihya’ Ulumuddin)

 
2.      Tidak memiliki ilmu

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al Mujadilah : 11)

      Ini sangat jelas dan tak terbantahkan lagi. Orang yang sukses dan mampu meledakkan potensinya, mengambil setiap peluang dan kesempatan adalah mereka yang tahu, peka, sensitif, dan proaktif memaknai ilmunya sebagai bekalnya.

      Beberapa potret langsung orang yang tak punya ilmu bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Mereka banyak membuang-buang waktu, tidak efektif dan efesien dalam melakukan pekerjaan, tidak tertata dalam urusannya, sehingga tidak banyak manfaat baik bagi dirinya maupun orang lain.

      Tanpa ilmu kesuksesan tak kan pernah ketemu. Karena ilmu merupakan bagian terpenting dalam kehidupan.

      Hidup tanpa ilmu bagaikan berjalan di tengah malam yang gelap gulita tanpa secercah cahaya.

      Tanpa ilmu manusia tidak akan mampu menegakkan aturan dan syariat Allah dengan sukses. Karena ilmu merupakan salah satu pintu untuk meraih hidayah Allah SWT , yakni hidayah iman.

      Tanpa ilmu sedikit sekali yang dapat diperbuat manusia dalam hidupnya.

 
3.      Karena Allah menunda kesuksesan kita

“Rahasia kesuksesan adalah kesiapan menghadapi kesempatan Anda bila ia datang.”

      Kita kehilangan momentum artinya tidak jadi atau belum dipercaya oleh Allah untuk memilikinya. Karena kesuksesan itu anugerah Allah yang diberikan kepada orang yang telah berusaha.

Terkadang kesuksesan ini ditangguhkan dan diakhirkan oleh Allah karena adanya hikmah-hikmah yang diantaranya hal-hal sebagai berikut : karena kita masih terlalu lemah untuk memegang amanah, belum matang dan belum sempurna dalam membentuk kepribadian. Belum menggalang semua sumber daya  Belum mengenali sejauh mana ambang batas maksimal potensi dan keahlian yang masih terpendam. Karena bila sukses diberikan kepada orang yang “masih mentah” ini, niscaya tidak akan mampu bertahan. Ia tidak memiliki kekuatan untuk mempertahankan kesuksesan itu lebih lama lagi.

 
4.      Karena tidak proaktif

Momentum itu sejalan denagn waktu. Sifatnya sangat cepat berlalu. Maka hanya orang-orang sensitif yang mampu menangkap momentum itu untuk meledakkan potensinya menjadi prestasi. Setelah membekali dengan iman, ilmu, dan memohon petunjuk dari Allah, kita perlu mengasah kecerdasan dan kepekaan hati agar senantiasa proaktif memaknai momentum yang ada, menjemput bola bukan sekedar menunggu gawang.

Orang-orang yang dikabulkan doanya sesungguhnya kedahsyatannya bukan pada doa itu sendiri, tetapi lebih kepada ketulusan, kedekatan, keyakinan, dan seringnya dia mengisi “daftar hadir” disaat orang absent karena tertidur dan terbuai nikmat duniawi maupun terlalu disibukkan oleh perkara yang mengotori hati.


5.      Tipe-tipe manusia memaknai momentum

a)      Tipe Quitters

Dia orang yang tergesa-gesa, ingin cepat sampai, gampang menyerah, mudah bertekuk lutut, senang patah arang dan tak berani mengambil resiko. Bila ditawarkan kepadanya sebuah tantangan, ia mundur teratur mencari langkah seribu. Orang semacam ini karena didominasi pikiran-pikiran negatif, su’uzhon thinking, kalah sebelum bertanding, dan memilih parker sebelum naik ring. Memilih aman daripada menghadang resiko. Tak punya nyali untuk menatap positif hidup ini.

b)      Tipe Campers

Mereka adalah orang yang senang mendaki pada ketinggian tertentu lalu mengakhiri pendakian dan memilih berhenti, beristirahat serta mendirikan tenda di tempat yang datar. Menikmati kesuksesannya, puas dengan yang diperolehnya, mengambil jalan selamat, dan tak tertantang untuk mengambil peluang dan resiko yang lebih besar. Masih mendingan memang, tapi tentu bukan itu pilihan pahlawan sejati.

c)      Tipe Climbers

Inilah para pendaki abadi. Para pahlawan hakiki. Para pejuang yang siap mengambil apapun resiko yang ditemui. Baginya hidup adalah sebuah arena mengubah tantangan menjadi peluang, mengubah hambatan menjadi kesuksesan, mengubah kesulitan menjadi kemungkinan-kemungkinan, mengambil resiko dengan sepenuh konsekuensi dan keberanian. Inilah yang mesti Anda miliki. Tidak lemah, tidak putus asa, tidak gampang menyerah untuk hidup yang menyejarah.

 
Bercita-Citalah

            Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa “keluhuran cita-cita adalah bagian dari keimanan”. Karena orang yang punya cita-cita mulia, obsesi tinggi, tujuan luhur tentunya dia tak akan menjerumuskan diri dalam kehinaan, kemaksiatan, dan kenistaan. Karena itulah bermimpilah dan bercita-citalah setinggi bintang. Cita-cita besar adalah tanda kehidupan jiwa, indikasi sukses orang-orang besar, pintu kebahagiaan siapa saja, disebabkan jiwanya selalu terbuka, berpikir, dan berjiwa besar. “Kalau Anda percaya bisa berhasil, anda akan betul-betul berhasil.” Demikian kata D.J Schwartz dalam bukunya The Magic of Thinking Big.


    Ana Si Fa

    Dekaplah aku dalam kasih sayang-Mu...
    Bimbinglah aku tuk menggapai cinta-Mu...

    Archives

    February 2011

    Categories

    All

    RSS Feed